Malam oleh Allah

 
 

Ini yang terpenting, jangan sampai harapan-harapnku kabur meninggalkan buku catatan miliku, kecuali kabur menjadi harapan kenyataan. Terik rembulan mungkin menyinari permukaan bumi, bergilir sebelah timur, barat, selatan dan utara. Yang terpenting, aku menulis ini mulai pukul 00.04, di hari yang masih hangat dengan suasana Idul Adha tahun 2015.

Ibuku menyuruh membukaan pintu depan rumah, dia meminta untuk mngambil kucingnya yang tertidur di luar rumah, agar dibawa masuk ke dalam. Dinginnya angin terasa sejuk ketika membuka pintu rumah, tapi tak seperti sejuknya AC mobil yang tak alami itu. Ketika itu pula, aku mendengar suara malam yang hening, tenang, dan tentunya gelap, itu sudah pasti, karena ini malam hari, dan juga sedikit suara kucing, miaw !.

Kembali merenung, refleksi diri, banyak kewajiban yang harus ditunaikan, seperti terpenjara dalam batin, aku harus segera menunaikan kewajiban-kewajiban itu. Kadang merasa paling kecil lebih dari bakteri, ketika aku merasa dunia sedang menghinaku. Kadang merasa seperti merpati yang bebas terbang tinggi ketika ada harapan yang terwujud.

Manusia, kadang banyak berharap, dan sedikit bertindak. Banyak meminta, sedikit memberi. Merasa berjalan di atas angin, namun, tak tahu jika di tengah jalan, angin itu berputar berubah wujud menjadi tornado yang liar. Ketika angin berputar sangat cepat, melebihi cepatnya putaran gasing di atas katel, kita harus bisa mengendalikan diri agar tak tenggelam ke dalam pusaran angin, bak dedaunan yang hancur berkeping-keping.

Dunia tak sejahat apa yang diucapkan orang. Ternyata dunia itu baik, dan aku tak tahu, kenapa ketika duduk di Sekolah Dasar, aku merasa nyaman duduk di bawah pohon beringin yang rindang, dan juga nyaman ketika duduk di warung si eteh yang banyak menyediakan jajanannya itu. Tapi kenapa, di dunia ini banyak sekali yang menghisap asap roko, lalu dikeluarkan lagi lewat mulutnya sambil manyun menyebalkan, aku merasa pengap dengan asap rokok, sesak sekali. Mungkin itu disebabkan aku mempunyai penyakit paru-paru dulu, ketika duduk di Sekolah Dasar, sampai dirawat lumayan lama di rumah sakit.

Ah, yang terpenting, malam ini tetap baik, dia selalu menemaniku saat marah atau senang, lesu atau semangat, galau atau ceria. Terima kasih Allah, kau telah memutarkan bulan untuk bumi, dan bumi untuk matahari, sehingga menghadirkan malam yang sejuk dan tenang ini, oh, tenangnya, walau tak ada minuman hangat menemani.

 

 

                                                            Rumah
Pukul 00.36, sukabumi, 25 september 2015.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment