Isi Hati Seorang Budaya Yang Hampir Terlupakan : Akulah Jati Dirimu Kawan


           
Hargailah aku, pakailah aku, besarkanlah aku, bawalah aku ke setiap ujung dunia. Aku sering iri dengan pakaian yang sering kamu pakai, ketika kamu menggunakan atribut yang bukan khas rumah kita. Mengapa kamu tidak menggunakanku ? apa aku tidak berharga ? aku ingin menangis sekencang-kencangnya.

            Wahai sahabat satu atapku, mengapa kamu menduakanku ? apakah aku tak cukup indah ? apa kamu tidak bangga dengan diriku ? apa kamu malu menggunakanku ? apa jika kamu menggunakanku, kamu merasa kampungan  di hadapan teman-temanmu ? aku sering menahan tangisan dan kekesalan ketika aku di gantung di dalam lemari, tergeletak di lantai kamarmu. Aku sedih melihat teman-temanku juga kau perlakukan sama sepertiku. Aku hanya bisa bertahan.

            Aku selalu menunggu dan berharap, kita dalam satu bahtera berpetualang menjelajahi dunia yang sangat luas ini. Aku ingin kamu mengenalkanku pada teman-temanmu di luar sana. Supaya kita bersama bisa menjadi tim yang hebat, satu kesatuan yang kuat dan kokoh. Seperti nenek moyangmu dulu dan nenek moyangku bersatu.



Aku tak bisa marah,



Aku tak bisa menangis di hadapanmu,



Aku hanya bisa diam.



            Wahai sahabatku, janganlah bersedih, jika aku diambil oleh orang lain dan digunakan di luar rumah ini. Sebenarnya, aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Mungkin di masa tua nanti, kamu akan selalu menggunakanku. Di kepala, di tubuhmu yang mulai bongkok, di lehermu yang keriput, di setiap langkah kaki yang mulai melamban, ketika suaramu yang mulai kaku dan serak, dan saat gigi-gigimu yang mulai tanggal. Namun, aku akan tetap berada di sampingmu.

            Aku tak akan marah, aku akan memaafkanmu jika kamu ingat kekhilafanmu ketika itu. Aku akan tetap bersamamu, aku akan tetap menemanimu sampai nafasmu meninggalkan lubang hidungmu. Aku akan membalutmu ketika kamu terkapar tak berdaya dan tak bernyawa di ruang rumah, ketika orang-orang datang menghampiri jasadmu untuk melayad. Di saat itu, aku akan memelukmu erat wahai sahabat setanah airku. Aku akan menahan tangisan, corak batik ini akan menemanimu.

            Wahai temanku, tolonglah peluk aku, aku rindu padamu, aku ingin kamu bahagia kala menggunakanku. Hai sahabatku, ingat, akulah tarian, akulah bahasa, akulah pakaian, akulah permainan yang waktu kecil kamu selalu memainkanku dengan teman-temanmu sebayamu, akulah budaya yang hampir kau lupakan. Aku mohon jagalah aku, aku tak mau orang lain mengambilku dari rumah ini. Wahai sahabatku, aku adalah jati dirimu.

"ZFR"
Previous
Next Post »
Thanks for your comment