Tepatnya
di Kampung Cipetir, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Di
kampung sanalah saya di lahirkan. Di kampung itu, tradisi yang selalu rutin di
adakan, adalah tradisi Pesta Rakyat. Yang di laksanakan bersamaan dengan hari
kenaikan kelas Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Cipetir, atau orang sunda sering
menyebutnya dengan kata samenan, yang
kebetulan selalu dekat menjelang bulan suci Ramadhan. Acara Pesta Rakyat ini,
biasanya di laksanakan selama empat hari empat malam.
Berlangsungnya
Pesta Rakyat ini, banyak dari elemen masyarakat ikut berkontribusi untuk
suksesnya acara tersebut, salah satunya adalah para pemuda dan pemudi. Mereka
membentuk tim panitia, yang di tugaskan menangani berbagai aspek di acara itu.
Seperti, keamanan, konsumsi, acara, dokumentasi, logistik, dan lain sebagainya.
Mereka jauh–jauh hari sudah membentuk tim kepanitiaan itu, agar semuanya siap
dengan matang. Adapun para sesepuh kampung, selain ketua RW, mereka menjadi
penanggung jawab pada acara itu, juga menjadi pengamat.
Dalam
Pesta Rakyat ini, anak–anak MI Muhammadiyah, ikut memeriahkan acara, seperti
mengisi hiburan dengan penampilan seni bela diri pencak silat Tapak Suci yang
khas terdengar suara gendang, goong dan terompetnya, bahkan suara itu terdengar
sampai rumah saya. juga memang, mereka (siswa sekolah) sudah berlatih setelah
mereka masuk di sekolah setingkat SD itu. Tak hanya pencak silat saja, meraka
pun menampilkan seni tari jaipongan, upacara adat perkawinan sunda, yang selalu
di meriahkan oleh si lengsernya. Tak
sedikit budayawan sunda dari daerah lain melihat penampilan mereka.
Selain
pencak silat dan jaipongan, serta upacara adat perkawinan, di acara itu juga,
panitia pernah menghadirkan pagelaran Wayang Golek, banyak warga dari luar
kampung Cipetir yang ingin melihat pagelaran itu, ya, memang, penampilan dalam
acara itu, banyak mengangkat budaya sunda, karena ada salah satu pemimpin
Pemuda di kampung saya, yang miris terhadap kebudayaan sunda saat ini,
khususnya di kampung kami itu. Sehingga timbul rasa cinta terhadap Budaya Lokal
di kampung Cipetir.
Selain
Wayang Golek, kami juga pernah menghadirkan Grup Calung, yang selalu di
datangkan dari daerah Bandung, Cianjur, atau dari Sukabumi. Acara ini selalu
menjadi acara yang di tunggu-tinggu oleh Warga, ya, karena memang acara Calung
ini, selalu membuat Warga tertawa terbahak-bahak dengan bobodorannya. Ada yang datang bersama keluarga, ada pula yang
datang sendiri. Calung dan Wayang Golek ini, berlangsung, biasanya dari mulai
ba’da Isya, sampai jam 12 malam lewat. Namun, warga selalu setia melihat
penampilan yang di suguhkan itu.
Tak
hanya untuk menghadirkan budaya sunda saja, Pesta Rakyat ini juga, cukup
membantu warga yang kurang mampu, alasannya, karena mereka bisa menjajakan
dagangannya di acara tersebut. Panitia menyediakan lapak untuk mereka
berdagang, seperti tetangga saya, yang selalu menjajakan karedok dan sate di
acara itu. Dagangan yang mereka jajakan, selalu ludes di beli warga yang
menghadiri Pesta Rakyat itu. Bahkan, ada yang kewalahan melayani, saking
banyaknya pembeli.
Dan
pada acara ini juga, panitia pun selalu mengadakan pengajian pada malam terteu.
Panitia menghadirkan Mubalig dari dalam kota, maupun luar kota. Pengajian ini
selalu ramai seperti Wayang Golek dan Calung tadi, karena tak sedikit Warga
yang hadir dari luar daerah saya yang berdatangan, untuk melihat pengajian dari
mubalig-mubalig itu.
Apa
bila acara sudah selesai, semua elemen Masyarakat di kampung kami, melakukan
kerja bakti utnuk membersihkan lokasi yang di gunakan untuk Pesta Rakyat itu,
kebetulan, lokasi yang selalu di gunakan, adalah gedung MI muhammadiyah. Kami
bersama–sama membenahi kembali tempat itu. Anak–anak, remaja, pemuda, orang tua
juga sesepuh semua turun ikut membantu, dalam bahasa sunda, bisa di sebut sabilulungan. Gotong royong bersama-sama.
Ya,
ketika saya berada di luar kota sukabumi, kampung saya selalu membuat saya
rindu akan suasananya, Warganya, teman kecil, dan juga Pesta Rakya itu
khususnya, dan masih banyak lagi, ya, kami semua bersaudara, kami keluarga yang hangat dan damai. Itulah Budaya yang ada di kampung saya,
Kampung Cipetir, Sukabumi. Kampung yang InsyaAllah, di isi dengan nilai Budaya
lokal, sehingga menimbulkan kearifan lokal bagi semua elemen Masyarakat di
kampung ini, juga berusaha di wengku ku tihang Agama, atau di perkokoh dengan
tiang Agama, yang di harapkan tetap dalam koridor Islam.
1 komentar:
Click here for komentarmaaf mau tanya, apa di kampung anda ada orang yang membudidayakan ulat sutera? kalo bisa, apa saya boleh minta nomer telfon anda? saya tunggu balasanya di email vendyakbar@gmail.com terimakasih sebelumnya
ConversionConversion EmoticonEmoticon