David
tiba di halte dengan nafas sulit di atur karena berlari mengejar Jessica, “ia
aku datang” ucap David saat tiba di halte, mereka pun menunggu bus datang
sambil duduk di kursi halte, David minum jus jeruk kotak sambil mendengarkan
lagu Another Day milik Dream Theater dari mp3 kesayangannya, sedangkan Jessica
sibuk menata rambutnya yang berantakan, karena berlari menuju halte, dia
mengikat rambutnya dari belakang dengan ikatan warna merah muda itu. Tak
sengaja David memperhatikan Jessica saat mengikat rambut, dia ingin mengikatkan
rambut sahabatnya itu yang cantik dengan hidung mancung, mata cokelat dengan
bulu yang lentik, serta bibir yang merah mungil, membuat David memiliki
perasaan lain kepada Jessica sahabatnya itu, tak lama bus pun datang dengan
asap kenalpot yang tidak terlalu tebal “ayo kita naik” ajak Jessica kepada
David bersemangat sambil menarik tangannya, David terkejut karena Jessica
tiba-tiba menarik tangannya “ia” jawab David sambil memegang minuman kotak itu.
Mereka duduk di kursi bus sebelah kanan, Jessica duduk tepat di samping jendela
bus, dan David di kursi sebelahnya, saat bus melaju, Jessica memperhatikan
jalanan dan pemandangan di luar bus dari balik jendela bus yang tebal itu,
sedangkan David sibuk dengan ikatan sepatu skatenya yang berantakan, setelah
merapikan ikatan sepetunya, dia melanjutkan mendengarkan lagu-lagu di mp3
sambil memejamkan mata.
Diam-diam
David menoleh ke arah Jessica dengan mata seperti tertutup seakan-akan
tertidur, sebenarnya dia sedang memperhatikan Jessica diam-diam, dia malu, dia
tak ingin Jessica tahu jika dia sedang memperhatikan sahabatnya itu, “permisi” menghampiri
kondektur bus kota itu menagih uang ongkos kepada mereka berdua, sambil menepuk
pundak David, bergegas David mengeluarkan uang lembaran dari dalam dompetnya,
kemudian membayarkan uang transport bus itu lalu berkata “ini bapak uangnya”
kondektur itu menganbil uang David lalu berkata, “apakah ini untuk 2 orang
penumpang ?” dia menanyakan apakah ongkos Jessica termasuk yang di bayarkan David, “ia,
uang itu untuk 2 orang” seketika kondektur berpakaian rapi itu meninggalkan
kursi yang di duduki mereka berdua, dan melanjutkan menagih uang bus kepada
penumpang lain. David melihat jendela, tak sengaja melihat wajah Jessica yang
sedang tertidur, lalu David melanjutkan mendengar lagu-lagu dari mp3 itu sambil
bersandar nyaman pada kursi bus, sambil menepuk-nepuk ringan tangannya di kedua
paha, layaknya sedang bermain drum, dia mengikuti beat dalam lagu itu, dia
mendengarkan lagu-lagu milik Burgerkill dalam album Venomous, dengan
menggunakan t-shirt bergambarkan logo band U2 serta jaket jeans berwarna indigo
itu, tak sengaja kepalanya mengangguk-angguk, mengikuti tempo musik dari salah
satu band bergenre melodic death metal dari Indonesia itu.
“hai
David, lihat, sebentar lagi kita sampai” sambil membuka Had Phone kesayangan
David, Jessica berkata demikian, “oh ya, ayo kita bersiap-siap kesana” jawab
David sambil mengerutkan kening karena saat itu dia akan tertidur di kursi bus,
dan tak menyadari jika Jessica sudah terbangun. David dan Jessica berdiri
bersiap-siap untuk turun dari bus kota berwarna biru abu itu, “mari kita turun
menuju bukit belakang sekolah” sambut Jessica saat turun dari bus dengan
meloncat dari pintu, “ayo, aku sudah lama tidak ke tempat ini” ucap David
menjawab Jessica, mereka pun berjalan menuju belakang sekolah saat mereka SMA
itu, sekitar setengah jam mereka berjalan, akhirnya mereka tiba disana, “lihat
! itu bulannya !” Jessica menunjuk bulan yang di pandangnya dari bukit itu
sambil menepuk punggung David, suasana di bukit itu damai, cuaca malam itu sangat
cerah, bintang-bintang tak banyak yang hinggap di langit pada malam itu, awan
yang diam-diam menghampiri bulan terlihat seperti asap tebal yang terbang beriringan.
“aku suka pemandangan ini !” sambil berteriak David menunjuk langit, lalu mereka
pun duduk di tanah bukit untuk melihat pemandangan yang di sajikan Alam malam
itu, “minumlah jus jeruk ini” David menawarkan minuman kotak jus jeruk kepada
Jessica, sebelum ke rumah Jessica, David
sempat membeli beberapa minuman kotak di super market sepulang mengantarkan
adiknya Diana les piano tadi, Jessica tak menolak, dia mengambil minuman itu
dan lekas meminumnya, “terima kasih Dav, lihat, bulan itu sangat indah, begitupun
dengan langitnya” sambil memegang minuman dari David itu, Jessica menunjuk
bulan yang bulat sempurna dan terang dengan tangan kirinya, “Tuhan membuat alam
semesta sebegitu luasnya, sedangkan kita baru tahu kehidupan hanya ada di bumi
saja, menurutku, mungkin di alam semseta ini ada kehidupan di planet lain,
begitu hebatnya Tuhan membuat semua ini, mebuat kita penasaran untuk mencari
tahu” dengan tangan menopang badan ke belakang, David berbicara tentang itu,
minuman yang sedang dia nikmati ia simpan di pinggir tas ransel sebelah kanan
tubuhnya, “ya, aku juga sempat berfikir seperti itu, bintang-bintang itu besar,
planet-planet lain di galaksi itu juga banyak selain bumi ini, seandainya kita
bisa pergi melihatnya” tanggapan Jessica terhadap ucapan David.
David
melepaskan jack had phonenya yang menancap di mp3, agar musik yang di putar
terdengar melalui speaker mp3 nya itu, berharap Jessica ikut mendengarkan, lalu
dia memutar lagu Sleep Away milik Bob Arci. Lantunan musik jazz musisi itu
membuat mereka tenggelam dalam indahnya suguhan alam semesta, angin sepoi
meniup rambut mereka, seperti biasa, Jessica menata rambutnya dengan kedua
tangan, “ini, pakailah jaketku, agar tubuhmu terasa lebih hangat” David
memberikan jaketnya kepada Jessica, agar Jessica tidak merasa kedinginan, “tapi
nanti kamu kedinginan, aku sudah menggunakan jaket” Jessica sedikit menolak,
karena takut David kedinginan jika tak memakai jaket, “sudahlah, aku biasa diam
di udara seperti ini” David memakaikan Jaketnya kepada Jessica, “jika kamu
sakit, jangan salahkan aku” sambil tertawa Jessica menerima jaket David itu,
“jika aku sakit tak apa-apa, jika kamu sakit bagaimana ?” memeluk lutut David
berkata itu dengan senyuman lebar, lalu dia mengambil minumannya untuk dia
nikmati, Jessica melihat David dengan senyuman. “sebelum pukul 11 malam, kita
harus pulang, aku takut kehabisan bus” Jessica mengingatkan jam pulang dari
bukit itu kepada David, “ya, nanti besok saja kita kembali kesini” David
menjawab.
Tak
terasa waktu menunjukan pukul 10 malam lebih 20 menit, Jessica melihat jam
tangan digitalnya itu, ia lekas beridiri, dan menarik nafas lebar sambil
merenggangkan tubuh dengan kedua tangan mengepal ke atas mengajak David pulang
“ayo kita pulang” sebenarnya David masih ingin lama di tempat itu, namun
sahabatnya itu ingin segera pulang, dia hanya bisa mengalah sebagai laki-laki,
tiba-tiba langit sedikit mendung, David bergegas berdiri dan segera menggendong
tas ranselnya itu, “sepertinya akan turun hujan, mari cantik cepat kita pulang”
David tak sengaja mengatakan kata cantik kepada Jessica, mukanya memerah karena
malu terhadap Jessica. “apa kamu bilang ? aku cantik ?” tertawa Jessica
mendengar David mengatakan kata cantik kepadanya, dia baru mendengar David
mengucapkan itu, “bukan itu magsudku, mungkin kamu salah dengar” David
menyangga ucapan Jessica itu sambil berjalan pergi dari bukit. Jessica
mengikutinya, “jika bus kota sudah habis, bagaimana kita pulang ?” Jessica
sinis akan bus kota, “sudahlah, jangan banyak bicara, sebaiknya kita ke halte
depan sekolah saja dulu, jangan takut” setibanya di halte bus depan sekolah
mereka dulu, David dan Jessica melihat ada kakek dan nenek tua sedang berjalan
menghampiri halte, kakek itu menggendong anak kecil di punggungnya, sedangkan
nenek di pinggirnya membawa radio tua berwarna hijau muda dengan hiasan bunga
di speakernya, saat mereka berdua berjalan tepat di depan David dan Jessica,
nenek itu berkata “nak, belilah radio tua ini, kami tidak memiliki uang untuk esok
hari, ini harta kami satu-satunya, tolonglah kami” David dan Jessica merasa iba
kepada sepasang orang tua itu, “berapa yang harus kami bayar untuk sebuah radio
tua itu nek ?” David menanyakan harga radio yang di tawarkan manula itu,
“berapapun uang yang kalian berikan untuk radio ini, kami akan menerimanya”
jawab nenek tua yang menggunakan baju berwarna krem berkancing itu. David
mengeluarkan uang dari dompetnya, yang ia simpan di ranselnya, kemudian ia
menyimpan dompet itu di saku belakang jeansnya, kemudian memberikan uang itu
kepada nenek tua di hadapannya.
Nenek
itu menyerahkan radio tua itu setetlah David memberikan uang kepadanya, “terima
kasih nak, kalian akan mendapatkan pengalaman luar biasa dari radio tua ini,
jaga baik-baik radio itu” tersenyum manis nenek itu, ia berterima kasih pada
kedua anak muda itu, David dan Jessica, lalu nenek dan kakek yang menggendong
anak kecil itu pergi melanjutkan perjalanan mereka. “lihatlah, kasihan sekali
mereka, kemanakah anak-anak mereka ? tega sekali meninggalkan orang tuanya,
seandainya aku bisa memberikan mereka tempat tinggal yang layak” Jessica
memperhatikan perginya sepasang orang tua dan anak kecil itu dengan halis terangkat
menandakan rasa iba kepada mereka, “setidaknya kita sudah menolong mereka
dengan membeli radio tua ini” Jessica
menganggukkan kepala mendengar ucapan David itu.
“itu
bus yang kita tunggu-tunggu !” David menunjuk bus kota itu dengan telunjuk
kanannya, sedangkan tangan kirinya memeluk radio tua itu, Jessica melambaikan
tangan berharap bus kota itu berhenti untuk membawa dia dan David pulang, bus
itu berhenti tepat di depan halte yang sedang mereka singgahi, tak berfikir
lama, mereka seketika masuk kedalam bus itu dan duduk tepat di belakang kursi
supir pengendara bus, dalam perjalanan pulang, David memperhatikan radio yang
ia dapatkan tadi, dia memutar-mutar volume radio itu, dia tak tahu jika volume
itu bisa menghidupkan radio jika di putar ke sebelah kanan, tiba-tiba suara
kasar khas radio tak jelas frekuensinya keluar dari speaker radio yang dia
pegang itu, semua orang yang berada di bus itu seketika melihat David dan
Jessica karena suara tak nyaman keluar dari radio itu mengganggu orang-orang
dalam bus itu, “cepat matikan !” Jessica menyuruh David agar mematikan suara
radio tua bising itu, David kebingungan, ia memutar-mutar volume dan frekuensi
radio itu, dengan cepat kemuadian Jessica mengambil radio itu, lalu memutar
volume ke seblah kiri untuk mematikan radio, suara radio itu seketika mati
setelah di pegang Jessica. David merasa lega karena suara bising itu berhenti,
tak terasa bus sudah mendekati halte dekat komplek rumah Jessica, ayo kita
turun, “Jessica menyapa David” mereka bergegas meninggalkan dan keluar dari bus
itu, dan berjalan menuju rumah Jessica. Setibanya disana, David mengambil
sepeda motor miliknya dari rumah Jessica, dan berpamitan untuk pulang, “aku
pulang dulu, besok kita bertemu lagi di kampus, sampai jumpa” ucap David kepada
Jessica saat menghidupkan mesin motornya itu, Jessica melambaikan tangan kepada
David ketika David melajukan motornya untuk bergegas pulang.
BERSAMBUNG KE BAGIAN "RADIO TUA ITU". TUNGGU YA :)
BERSAMBUNG KE BAGIAN "RADIO TUA ITU". TUNGGU YA :)
4 komentar
Click here for komentarceritanya david teh ijul ?
Replybkn, fiksi ini mah ceu
Replyiya api-apinya david teh jelmaan ijul ?
Replybukan :( sumpah bukan ko
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon