David Moyang, Bukit Belakang Sekolah Bersama Jessica Part 2


David tiba di halte dengan nafas sulit di atur karena berlari mengejar Jessica, “ia aku datang” ucap David saat tiba di halte, mereka pun menunggu bus datang sambil duduk di kursi halte, David minum jus jeruk kotak sambil mendengarkan lagu Another Day milik Dream Theater dari mp3 kesayangannya, sedangkan Jessica sibuk menata rambutnya yang berantakan, karena berlari menuju halte, dia mengikat rambutnya dari belakang dengan ikatan warna merah muda itu. Tak sengaja David memperhatikan Jessica saat mengikat rambut, dia ingin mengikatkan rambut sahabatnya itu yang cantik dengan hidung mancung, mata cokelat dengan bulu yang lentik, serta bibir yang merah mungil, membuat David memiliki perasaan lain kepada Jessica sahabatnya itu, tak lama bus pun datang dengan asap kenalpot yang tidak terlalu tebal “ayo kita naik” ajak Jessica kepada David bersemangat sambil menarik tangannya, David terkejut karena Jessica tiba-tiba menarik tangannya “ia” jawab David sambil memegang minuman kotak itu. Mereka duduk di kursi bus sebelah kanan, Jessica duduk tepat di samping jendela bus, dan David di kursi sebelahnya, saat bus melaju, Jessica memperhatikan jalanan dan pemandangan di luar bus dari balik jendela bus yang tebal itu, sedangkan David sibuk dengan ikatan sepatu skatenya yang berantakan, setelah merapikan ikatan sepetunya, dia melanjutkan mendengarkan lagu-lagu di mp3 sambil memejamkan mata.
Diam-diam David menoleh ke arah Jessica dengan mata seperti tertutup seakan-akan tertidur, sebenarnya dia sedang memperhatikan Jessica diam-diam, dia malu, dia tak ingin Jessica tahu jika dia sedang memperhatikan sahabatnya itu, “permisi” menghampiri kondektur bus kota itu menagih uang ongkos kepada mereka berdua, sambil menepuk pundak David, bergegas David mengeluarkan uang lembaran dari dalam dompetnya, kemudian membayarkan uang transport bus itu lalu berkata “ini bapak uangnya” kondektur itu menganbil uang David lalu berkata, “apakah ini untuk 2 orang penumpang ?” dia menanyakan apakah ongkos  Jessica termasuk yang di bayarkan David, “ia, uang itu untuk 2 orang” seketika kondektur berpakaian rapi itu meninggalkan kursi yang di duduki mereka berdua, dan melanjutkan menagih uang bus kepada penumpang lain. David melihat jendela, tak sengaja melihat wajah Jessica yang sedang tertidur, lalu David melanjutkan mendengar lagu-lagu dari mp3 itu sambil bersandar nyaman pada kursi bus, sambil menepuk-nepuk ringan tangannya di kedua paha, layaknya sedang bermain drum, dia mengikuti beat dalam lagu itu, dia mendengarkan lagu-lagu milik Burgerkill dalam album Venomous, dengan menggunakan t-shirt bergambarkan logo band U2 serta jaket jeans berwarna indigo itu, tak sengaja kepalanya mengangguk-angguk, mengikuti tempo musik dari salah satu band bergenre melodic death metal dari Indonesia itu.
“hai David, lihat, sebentar lagi kita sampai” sambil membuka Had Phone kesayangan David, Jessica berkata demikian, “oh ya, ayo kita bersiap-siap kesana” jawab David sambil mengerutkan kening karena saat itu dia akan tertidur di kursi bus, dan tak menyadari jika Jessica sudah terbangun. David dan Jessica berdiri bersiap-siap untuk turun dari bus kota berwarna biru abu itu, “mari kita turun menuju bukit belakang sekolah” sambut Jessica saat turun dari bus dengan meloncat dari pintu, “ayo, aku sudah lama tidak ke tempat ini” ucap David menjawab Jessica, mereka pun berjalan menuju belakang sekolah saat mereka SMA itu, sekitar setengah jam mereka berjalan, akhirnya mereka tiba disana, “lihat ! itu bulannya !” Jessica menunjuk bulan yang di pandangnya dari bukit itu sambil menepuk punggung David, suasana di bukit itu damai, cuaca malam itu sangat cerah, bintang-bintang tak banyak yang hinggap di langit pada malam itu, awan yang diam-diam menghampiri bulan terlihat seperti asap tebal yang terbang beriringan. “aku suka pemandangan ini !” sambil berteriak David menunjuk langit, lalu mereka pun duduk di tanah bukit untuk melihat pemandangan yang di sajikan Alam malam itu, “minumlah jus jeruk ini” David menawarkan minuman kotak jus jeruk kepada Jessica, sebelum  ke rumah Jessica, David sempat membeli beberapa minuman kotak di super market sepulang mengantarkan adiknya Diana les piano tadi, Jessica tak menolak, dia mengambil minuman itu dan lekas meminumnya, “terima kasih Dav, lihat, bulan itu sangat indah, begitupun dengan langitnya” sambil memegang minuman dari David itu, Jessica menunjuk bulan yang bulat sempurna dan terang dengan tangan kirinya, “Tuhan membuat alam semesta sebegitu luasnya, sedangkan kita baru tahu kehidupan hanya ada di bumi saja, menurutku, mungkin di alam semseta ini ada kehidupan di planet lain, begitu hebatnya Tuhan membuat semua ini, mebuat kita penasaran untuk mencari tahu” dengan tangan menopang badan ke belakang, David berbicara tentang itu, minuman yang sedang dia nikmati ia simpan di pinggir tas ransel sebelah kanan tubuhnya, “ya, aku juga sempat berfikir seperti itu, bintang-bintang itu besar, planet-planet lain di galaksi itu juga banyak selain bumi ini, seandainya kita bisa pergi melihatnya” tanggapan Jessica terhadap ucapan David.
David melepaskan jack had phonenya yang menancap di mp3, agar musik yang di putar terdengar melalui speaker mp3 nya itu, berharap Jessica ikut mendengarkan, lalu dia memutar lagu Sleep Away milik Bob Arci. Lantunan musik jazz musisi itu membuat mereka tenggelam dalam indahnya suguhan alam semesta, angin sepoi meniup rambut mereka, seperti biasa, Jessica menata rambutnya dengan kedua tangan, “ini, pakailah jaketku, agar tubuhmu terasa lebih hangat” David memberikan jaketnya kepada Jessica, agar Jessica tidak merasa kedinginan, “tapi nanti kamu kedinginan, aku sudah menggunakan jaket” Jessica sedikit menolak, karena takut David kedinginan jika tak memakai jaket, “sudahlah, aku biasa diam di udara seperti ini” David memakaikan Jaketnya kepada Jessica, “jika kamu sakit, jangan salahkan aku” sambil tertawa Jessica menerima jaket David itu, “jika aku sakit tak apa-apa, jika kamu sakit bagaimana ?” memeluk lutut David berkata itu dengan senyuman lebar, lalu dia mengambil minumannya untuk dia nikmati, Jessica melihat David dengan senyuman. “sebelum pukul 11 malam, kita harus pulang, aku takut kehabisan bus” Jessica mengingatkan jam pulang dari bukit itu kepada David, “ya, nanti besok saja kita kembali kesini” David menjawab.
Tak terasa waktu menunjukan pukul 10 malam lebih 20 menit, Jessica melihat jam tangan digitalnya itu, ia lekas beridiri, dan menarik nafas lebar sambil merenggangkan tubuh dengan kedua tangan mengepal ke atas mengajak David pulang “ayo kita pulang” sebenarnya David masih ingin lama di tempat itu, namun sahabatnya itu ingin segera pulang, dia hanya bisa mengalah sebagai laki-laki, tiba-tiba langit sedikit mendung, David bergegas berdiri dan segera menggendong tas ranselnya itu, “sepertinya akan turun hujan, mari cantik cepat kita pulang” David tak sengaja mengatakan kata cantik kepada Jessica, mukanya memerah karena malu terhadap Jessica. “apa kamu bilang ? aku cantik ?” tertawa Jessica mendengar David mengatakan kata cantik kepadanya, dia baru mendengar David mengucapkan itu, “bukan itu magsudku, mungkin kamu salah dengar” David menyangga ucapan Jessica itu sambil berjalan pergi dari bukit. Jessica mengikutinya, “jika bus kota sudah habis, bagaimana kita pulang ?” Jessica sinis akan bus kota, “sudahlah, jangan banyak bicara, sebaiknya kita ke halte depan sekolah saja dulu, jangan takut” setibanya di halte bus depan sekolah mereka dulu, David dan Jessica melihat ada kakek dan nenek tua sedang berjalan menghampiri halte, kakek itu menggendong anak kecil di punggungnya, sedangkan nenek di pinggirnya membawa radio tua berwarna hijau muda dengan hiasan bunga di speakernya, saat mereka berdua berjalan tepat di depan David dan Jessica, nenek itu berkata “nak, belilah radio tua ini, kami tidak memiliki uang untuk esok hari, ini harta kami satu-satunya, tolonglah kami” David dan Jessica merasa iba kepada sepasang orang tua itu, “berapa yang harus kami bayar untuk sebuah radio tua itu nek ?” David menanyakan harga radio yang di tawarkan manula itu, “berapapun uang yang kalian berikan untuk radio ini, kami akan menerimanya” jawab nenek tua yang menggunakan baju berwarna krem berkancing itu. David mengeluarkan uang dari dompetnya, yang ia simpan di ranselnya, kemudian ia menyimpan dompet itu di saku belakang jeansnya, kemudian memberikan uang itu kepada nenek tua di hadapannya.
Nenek itu menyerahkan radio tua itu setetlah David memberikan uang kepadanya, “terima kasih nak, kalian akan mendapatkan pengalaman luar biasa dari radio tua ini, jaga baik-baik radio itu” tersenyum manis nenek itu, ia berterima kasih pada kedua anak muda itu, David dan Jessica, lalu nenek dan kakek yang menggendong anak kecil itu pergi melanjutkan perjalanan mereka. “lihatlah, kasihan sekali mereka, kemanakah anak-anak mereka ? tega sekali meninggalkan orang tuanya, seandainya aku bisa memberikan mereka tempat tinggal yang layak” Jessica memperhatikan perginya sepasang orang tua dan anak kecil itu dengan halis terangkat menandakan rasa iba kepada mereka, “setidaknya kita sudah menolong mereka dengan membeli radio tua ini”  Jessica menganggukkan kepala mendengar ucapan David itu.
“itu bus yang kita tunggu-tunggu !” David menunjuk bus kota itu dengan telunjuk kanannya, sedangkan tangan kirinya memeluk radio tua itu, Jessica melambaikan tangan berharap bus kota itu berhenti untuk membawa dia dan David pulang, bus itu berhenti tepat di depan halte yang sedang mereka singgahi, tak berfikir lama, mereka seketika masuk kedalam bus itu dan duduk tepat di belakang kursi supir pengendara bus, dalam perjalanan pulang, David memperhatikan radio yang ia dapatkan tadi, dia memutar-mutar volume radio itu, dia tak tahu jika volume itu bisa menghidupkan radio jika di putar ke sebelah kanan, tiba-tiba suara kasar khas radio tak jelas frekuensinya keluar dari speaker radio yang dia pegang itu, semua orang yang berada di bus itu seketika melihat David dan Jessica karena suara tak nyaman keluar dari radio itu mengganggu orang-orang dalam bus itu, “cepat matikan !” Jessica menyuruh David agar mematikan suara radio tua bising itu, David kebingungan, ia memutar-mutar volume dan frekuensi radio itu, dengan cepat kemuadian Jessica mengambil radio itu, lalu memutar volume ke seblah kiri untuk mematikan radio, suara radio itu seketika mati setelah di pegang Jessica. David merasa lega karena suara bising itu berhenti, tak terasa bus sudah mendekati halte dekat komplek rumah Jessica, ayo kita turun, “Jessica menyapa David” mereka bergegas meninggalkan dan keluar dari bus itu, dan berjalan menuju rumah Jessica. Setibanya disana, David mengambil sepeda motor miliknya dari rumah Jessica, dan berpamitan untuk pulang, “aku pulang dulu, besok kita bertemu lagi di kampus, sampai jumpa” ucap David kepada Jessica saat menghidupkan mesin motornya itu, Jessica melambaikan tangan kepada David ketika David melajukan motornya untuk bergegas pulang. 

BERSAMBUNG KE BAGIAN "RADIO TUA ITU". TUNGGU YA :)
Previous
Next Post »

4 komentar

Click here for komentar
14 Desember 2014 pukul 19.45 ×

ceritanya david teh ijul ?

Reply
avatar
Unknown
admin
14 Desember 2014 pukul 21.45 ×

bkn, fiksi ini mah ceu

Reply
avatar
15 Desember 2014 pukul 11.49 ×

iya api-apinya david teh jelmaan ijul ?

Reply
avatar
Unknown
admin
16 Desember 2014 pukul 12.14 ×

bukan :( sumpah bukan ko

Reply
avatar
Thanks for your comment